Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2009

DO'A AKHIR TAHUN

DOA AKHIR TAHUN & FADILLAHNYA Do'a ini hendaknya dibaca tiga kali pada akhir waktu ashar tanggal 29 atau 30 bulan Dzulhijjah. Fadhilahnya adalah barang siapa membaca do'a ini dalam waktu tersebut maka setan berkata: "Kesusahanlah bagiku,dan sia-sia lah pekerjaanku menggoda anak Adam (manusia) pada tahun ini". Maka di binasakan lah dengan satu saat saja,sebab membaca do'a ini. Dan dosa-dosanya di ampuni oleh Allah Ta'ala dalam setahun ini. Inilah do'anya: Bismillaahir- rahmaanir- rahiim Wa sallallaahu 'ala sayyidinaa wa maulaanaa Muhammadiw wa 'alaa aalihi wa sahbihii wa sallam.. Allaahumma maa 'amiltu fi haazihis- sanati mimmaa nahaitani 'anhu fa lam atub minhu wa lam tardahuu wa lam tansahuu wa halimta 'alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati wa da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astagfiruka fagfirlii wa maa 'amiltu fiihaa mimma tardaahu wa wa'

AWAL MULA TAHUN HIJRIAYAH

Siapa yang mula-mula menetapkan Tarikh Islam? Menurut riwayat para ulama ahli tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab r.a. ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijrah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy’ari r.a. tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh Islam. Dalam musyawarah tersebut ada beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai tarikh Islam tersebut yaitu: tahun kelahiran Nabi Muhammad, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, tahun wafatnya, atau ketika Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Diantara pilihan tersebut maka akhirnya ditetapkanlah bah

Imam Syafi’i Sang Pembela Sunnah dan Hadits Nabi

Nama dan Nasab Beliau bernama Muhammad dengan kunyah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-’Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim bin al-Muththalib. Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi’, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi’i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi’, sendiri termasuk sahabat k